Wanita Berjuta Asa

Sebuah bangunan kotak hitam tinggi menjualang berdidri dengan gagahnya ditengah-tengah ribuan para jamaah. Berbagai macam warna kulit berputar mengelilinginya. Menundukan kepala beserta jiwa dan raga. Serta berbagai aktivitas lainnya yang hanya ditujukan kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Sekarang aku adalah noktah yang tidak ada apanya.

*****

Rembulan masih berjaga. Sang surya belum memanggil. Serta burung-burung belum bernyanyian. Tetapi seorang wanita sudah bergelut dengan peluh dengan asa yang membanjiri sekujur tubuhnya. Setiap hari, hanya sendiri. Tulang ekornya mulai doyong ke belakang. Bahunya mulai merendah hendak mencium tanah. Serta kulitnya semakin bergelambir. Mencerminkan bahwa ia mulai rapuh dan bau akan tanah.

Disaat subuh menjelang, ia tidak pernah lupa membukaan mata Sang Pelita. Membuai rambutnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Matanya menyorotkan hamparan harapan dan berjuta asa. Dengan sekejap Sang Pelita pun membuka kedua mata.

Langkah kakinya melangkah Continue reading “Wanita Berjuta Asa”